Solopos.com, SRAGEN – Tempat ibadah umat Hindu yang berada di Dukuh
Giriloka, Desa Girimargo, Kecamatan Miri, Sragen menjadi sasaran perusakan
orang tak dikenal. Sejumlah patung yang berada di dalam pura diketahui rusak.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, perusakan diperkirakan
terjadi Kamis (16/1/2014) malam. Setidaknya, empat patung yang berada di dalam
pura patah di beberapa bagian. Namun, tak seorang pun yang mengetahui persis
perusakan tersebut.
Saat dikonfirmasi, Kapolres Sragen, AKBP Dhani Hernando, membenarkan
kejadian tersebut. Dia menjelaskan perusakan terjadi hanya pada sebagian kecil
tempat ibadah tersebut.”Hanya bagian kecil. Seperti ada patung burung garuda
yang sayapnya patah,” jelasnya saat dihubungi Solopo.com, Minggu (19/1/2014).
Terkait oknum perusakan, Kapolres menyatakan hingga kini belum diketahui.
Dia menegaskan penyelidikan terus dilakukan guna mengungkap pelaku perusakan
sejumlah patung di pura itu.
Dia menjelaskan selama ini tidak ada laporan dari warga yang keberatan
terkait keberadaan pura tersebut. “Itu sudah berdiri 30 tahun. Selama ini juga
tidak ada masalah dengan warga sekitar,” katanya.
Kejadian Perusakan
Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Girimargo, Samino, menegaskan tak ada warga yang mengetahui secara persis kejadian perusakan tersebut. “Dari para warga yang mau beribadah di sana juga tidak mengetahui. Tahu-tahu patung yang ada di bawah, di dalam pura itu, sudah rusak,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Girimargo, Samino, menegaskan tak ada warga yang mengetahui secara persis kejadian perusakan tersebut. “Dari para warga yang mau beribadah di sana juga tidak mengetahui. Tahu-tahu patung yang ada di bawah, di dalam pura itu, sudah rusak,” ungkapnya.
Samino menjelaskan pihaknya sudah berkomunikasi dengan salah satu pengelola
pura itu. Disampaikannya, para jamaah tak menuntut macam-macam atas perusakan
tersebut.
Dia juga pernah menyampaikan solusi terkait perbaikan patung yang rusak.
Hanya, hal itu tak bisa serta merta dilakukan. “Saya sampaikan menggunakan
material untuk mengembalikan patung-patung yang rusak. Tetapi itu tidak bisa
langsung, karena harus ada ritual-ritual yang dijalankan dan membutuhkan biaya
tidak sedikit,” tambahnya.
Lebih lanjut, Samino mengungkapkan bangunan pura yang berada di kompleks
berukuran sekitar 5 meter x 10 meter tersebut hingga kini masih digunakan umat
Hindu untuk menjalankan ibadah mereka.
Pihaknya pun tak mengetahui persis sejarah berdirinya pura yang dibangun
sekitar 30 tahun silam tersebut. Selama ini, pihaknya juga tak pernah mendapat
laporan terkait keberatan warga terhadap keberadaan pura tersebut.